Cumaai.com – Tren prompt artificial Intellegence (AI) kini mulai meledak, salah satunya anomali brainrot Tung Tung Sahur.
Diketahui anomali Tung Tung Sahur viral di bulan Puasa 2025 dan hingga kini termasuk salah satu brainrot yang mendunia.
Baru-baru ini gim Garena Free Fire merilis bundle Tung Tung Sahur yang tentunya dengan tujuan semakin menarik untuk pemainnya.
Bukan Kolaborasi
Kreator AI asal Indonesia, Noxa melayangkan kritik terhadap Garena Free Fire.
Ia menuding game battle royale populer tersebut telah menggunakan karya hasil prompt AI-nya yang dikenal sebagai “Anomali Tung Tung Sahur” tanpa izin maupun komunikasi sebelumnya.
Kritik tersebut diunggah Noxa melalui akun TikTok-nya. Dalam video tersebut, ia mengekspresikan kekecewaannya karena tidak mendapat tanggapan dari pihak Garena meskipun telah menghubungi mereka terlebih dahulu.
“Saya tahu enggak bisa diklaim hak cipta, tapi setidaknya ada etika. Saya udah chat, tapi enggak dijawab. Ini game top 1 di Indonesia, loh,” tulis Noxa.
“Kalah sama perusahaan lokal yang bahkan rela bayarin saya ke Jakarta,” tambahnya, menyindir bahwa developer lokal justru lebih menghargai dirinya dibanding Garena.
Garena Free Fire sendiri merupakan game battle royale yang dirilis pada Desember 2017 dan dikembangkan oleh 111 Dots Studio serta diterbitkan oleh Garena.
Game ini dikenal luas berkat gameplay cepat, fitur kustomisasi karakter yang fleksibel, serta kemampuannya berjalan lancar di perangkat berspesifikasi rendah. Di Indonesia, Free Fire menjadi salah satu game dengan basis pemain terbesar.
Namun kali ini, fitur kustomisasi karakter justru menjadi sumber polemik. Menurut Noxa, Garena telah memungkinkan pemain untuk menciptakan karakter dengan tampilan menyerupai Anomali Tung Tung Sahur—salah satu desain visual AI yang viral dan ia klaim sebagai hasil dari prompt serta eksperimen kreatif pribadinya.
Unggahan tersebut sontak memicu perdebatan luas di media sosial. Sebagian warganet mendukung Noxa, menyebut bahwa meskipun karya berbasis AI tidak dilindungi hak cipta secara formal, proses kreatif di baliknya tetap layak dihargai.
“Banyak yang salah paham soal kasus Noxa dan Garena. Walau gambar yang dipermasalahkan dibuat dengan AI, perlu diingat bahwa prompt yang digunakan untuk menghasilkan gambar tersebut adalah hasil pemikiran dan kreativitas Noxa,” tulis salah satu pengguna.
Namun tak sedikit pula yang berpendapat sebaliknya. Sebagian menganggap bahwa karya berbasis AI memang tidak memiliki perlindungan hukum yang cukup, sehingga sah-sah saja jika digunakan oleh pihak lain.
“100% dukung Garena. Mau siapa pun yang make, mau dijual atau apapun itu, enggak bisa dituntut karena AI tidak memiliki hak cipta,” komentar warganet lain.
Anomali “Tung Tung Sahur” merupakan bagian dari tren visual absurd dan humor gelap berbasis AI yang populer di berbagai platform media sosial.
Bersama dengan nama-nama lain seperti “Bombardiro Crocodilo” dan “Tralelo Tralala”, karakter-karakter ini menjadi bagian dari budaya “brainrot” yang digemari netizen global.
Hingga berita ini ditulis, pihak Garena belum memberikan tanggapan resmi terkait tudingan tersebut.
Media sosial Garena Free Fire juga saat ini dipenuhi komentar masalah izin memakai anomali Tung Tung Sahur ke Noxa.