Nigeria Bisa Canggih Tapi Pengangguran? Akeem Hassan Tembus Realita AI dengan Brutal!

Kecerdasan Buatan, kata ajaib yang baru! Investor mendanainya. Universitas mengajarkannya. Bahkan pamanku di WhatsApp juga meneruskan kutipan motivasi yang dihasilkan oleh AI. Faktanya, itu adalah topik yang selalu kita bahas saat minum bir bersama.

Kita semua terjebak dalam euforia — dan jujur, itu menyenangkan. Tapi saat dentuman revolusi AI ini semakin keras, saya menemukan diri saya bertanya pertanyaan yang berbeda:

Apakah Nigeria Ikut Serta—Atau Tertinggal di Masa Depan yang Tak Dikenal?

Sebagai seseorang yang berdiri di tengah ruang inovasi Nigeria, saya telah belajar bahwa kemajuan sejati tidak hanya datang dari kegembiraan. Ini datang dari pertanyaan yang sulit—yang membuat kita tidak nyaman sebelum membuat kita lebih baik.

Di balik semua perayaan, saya terus bertanya-tanya: Apa sebenarnya Revolusi AI ini berarti bagi penduduk rata-rata di Lagos? AI adalah kekuasaan. Dan seperti semua kekuasaan, ia bisa memperkuat atau mendiskriminasi—tergantung siapa yang mengendalikannya.

AI Bisa Segalanya… Tapi Apa Dampaknya Bagi Kita?

Sekarang, AI bisa menulis puisi, membuat musik afro, video deep fake, bahkan membangun aplikasi dan situs. Segera, agen AI akan bisa memesan penerbangan, mengatur bisnis, hingga memesan makanan.

Bagi dunia? Kemajuan.

Bagi Nigeria? Negara dengan jutaan pemuda kreatif dan berjuang setiap hari? Saya bertanya: Ini meninggalkan kita di mana?

Apakah Kita Akan Jadi Bangsa yang Canggih Tapi Pengangguran?

Kita mungkin sedang menghadapi generasi “pengangguran pintar” — terdidik, kreatif, tapi tergantikan. Oleh teknologi dari luar. Apakah ini alarmis? Tidak. Ini realistis. Tapi realisme menuntut persiapan, bukan panik.

Waktunya Bergerak—Bukan Menunggu

Saya bangga menjadi bagian dari ekosistem teknologi Nigeria. Tapi kita tidak boleh hanya jadi pengguna. Kita harus:

  • Membangun model AI sendiri — dilatih dari konteks Afrika dan Nigeria.
  • Memperbarui pendidikan — fokus pada berpikir kritis, bukan gelar semata.
  • Memperkuat industri kreatif — AI bukan musuh, tapi mitra.
  • Memimpin inovasi — bukan terus mengekor dunia.

Masih Ada Harapan?

Saya percaya pada pemuda Nigeria. Kita tidak akan membiarkan mesin menulis cerita kita. Tapi untuk itu, kita harus tetap waspada dan berani membangun—bukan hanya mengonsumsi.

Pikiran Akhir: Mari Mulai dengan Pertanyaan yang Lebih Baik

Bukan “apakah AI akan bentuk masa depan”, tapi: “Apa peran kita dalam menciptakannya?”

Jika kita tidak membentuk teknologi ini, apakah kita hanya akan jadi pasar pasif lagi?

Pertanyaan tidak nyaman ini penting. Masa depan milik mereka yang bertanya lebih awal—dan punya nyali membangunnya sendiri.

Tentang Penulis

Akeem Hassan adalah penasihat inovasi untuk Komisaris Inovasi Negara Bagian Lagos. Ia fokus pada teknologi, kebijakan, dan kemakmuran Afrika, dan berjuang agar benua ini tidak hanya mengadopsi, tapi ikut menulis masa depan teknologi dunia.